Abstrak :
Tugas utama guru adalah
membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga
potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan
maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan
pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa
untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk
life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas
dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar,
sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan
siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan
tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Kata kunci:
model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life
skill, suasana belajar
A. Pendahuluan
- Rasional
Strategi adalah
suatu cara dalam menyelesaikan atau melakukan sebuah tindakan. Pembelajaran
pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika
berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada
saat itu juga berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar proses
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa,
merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa
dalam belajar tersebut. Fenomena adanya cara belajar aktifitas secara factual,
dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul
dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap
sifat konservatif para guru pada umumnya.
Strategi
pembelajaran berorientasi aktifitas siswa merupakan salah satu upaya
pembaharuan pendidikan di Indonesia .
Adanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan
secara nasional, antara lain :
Masalah pemerataan pendidikan
Masalah relevansi pendidikan
dengan tuntutan masyarakat
Masalah kualitas/mutu
pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan.
Keempat masalah
itu, masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu sama lain.[1]
Dalam makalah ini
akan dibahas tentang strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa (PBAS),
dalam standar proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan siswa.
Artinya, system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar disebut
dengan berorientasi pada aktifitas siswa.
Dalam kegiatan
belajar mengajar penerapan PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun
laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang
secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa diamati,
seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
Untuk meningkatkan
hasil peserta didik, disamping memberikan proses belajar ke dalam suasana
belajar yang lebih menggairahkan, mutlak diperlukan penerapan PBAS. Dan untuk menggerakkan
peserta didik agar aktif belajar, diperlukan pelibatan secara terpadu,
berkesinambungan sebagai berikut [2]
:
Mengarah kepada jenis interaksi
belajar mengajar yang optimal
Menuntut berbagai jenis
aktifitas peserta didik
Strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
Menggunakan multimetode
Menggunakan multimedia secara
bervariasi
Mengarah kepada multisumber
belajar
Menurut perubahan kebiasaan
cara mengajar guru.
Kadar pembelajaran
berorientasi aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik
semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental,
intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya
siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahui secara pasti. Tidak dapat
dipastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak
pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu
juga siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.
- Tujuan PBAS
Dipandang dari sisi
proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal,
artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktifitas fisik, mental, termasuk
emosional dan aktifitas intelektual. Kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari
aktifitas fisik saja akan tetapi juga aktifitas mental dan intelektual. Seorang
siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar PBAS
yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Karena mungkin
saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis
dalam pikirannya, dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang
disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tak bias dikatakan memiliki
kadar PBAS yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif
mencatat, tidak diikuti oleh aktifitas mental dan emosi.
Dipandang dari sisi
hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotor). Artinya, dalam PBAS pembentukan siswa utuh merupakan tujuan utama
dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara
intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan. Akan tetapi,
PBAS bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap
positif dan secara motoril terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi,
kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan,
mengalisi, mengkomunikasikan hasil penemuan, dan sebagainya. Aspek-aspek semacam
inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendidikan PBAS.
PBAS sebagai salah
satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar
bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif,
sehingga ia dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Dengan
kemampuan itu diharapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan. Secara khusus PBAS bertujuan,
pertama, meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya,
melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi,
tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Kedua,
mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Artinya, melalui PBAS diharapkan
tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang, tetapi juga seluruh
pribadi siswa termasuk sikap dan mental.
- Manfaat PBAS
Manfaat dari PBAS
adalah untuk merangsang aktifitas belajar peserta didik, di mana hasil belajar
peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penguasaan, para siswa belajar
dengan teknik menghapal apa yang dicatat dari penjelasan guru atau dari
buku-buku, sumber belajar juga pada umumnya terbatas pada guru, dan selain itu,
guru dalam belajar kurang merangsang aktifitas belajar peserta didik secara
optimal, dan tidak jarang dijumpai penguasan dan keterampilan yang kurang
kondisi belajar mengajar yang diciptakan dan disediakan oleh guru untuk peserta
didik kurang menunjang. Dan peserta didik sendiri tenggelam di dalam lingkungan
belajar yang kurang merangsang aktifitas belajar yang optimal. Maka PBAS lahir
untuk merangsang aktifitas belajar siswa. Selain itu dalam PBAS proses
pembelajaran melibatkan mental peserta didik, maka dengan PBAS dapat menambah
tinggi bobot aktifitas mental dalam belajar.
B. Pembahasan
Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (SPBAS)
Sebelum membahas
tentang Strategi Pembelajaran Berorientasi Siswa Aktif ini, ada baiknya kita
memahami pengertian strategi, metode dan pendekatan pada pembelajaran terlebih
dahulu. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan
rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti
penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum
sampai pada tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua penyusunan
strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya
diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan
strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
Upaya untuk
mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan
yang telah disusun tercapai secara optimal, inilah yang dinamakan dengan
metode. Berarti metode merupakan perealisasian strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, bisa terjadi saru strategi pembelajaran digunakan beberapa
metode. Misalnya, dalam melaksanakan strategi PBAS bisa digunakan metode
diskusi dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode.
Strategi memunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan
metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi.
Istilah lain yang juga
memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan. Pendekatan berbeda dengan
strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber
atau bergantung dari pendekatan tertentu.
Nah, apakah Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
(SPBAS) itu? Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa merupakan
system pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya
pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Siswa tidak
dianggap sebagai organisme yang pasif. Akan tetapi, siswa merupakan organisme
yang aktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang
memiliki potensi. Dalam pelaksanaannya, strategi ini menerapkan pembelajaran
dimana siswa aktif dalam setiap proses pembelajaran baik itu dalam mencari
informasi serta menjadi sumber belajar. Keaktivan disini dinilai tidak
hanya kektivan secara fisik. Akan
tetapi, keaktivan pengetahuan dan berfikirnya juga dikembangkan.
Prinsip-Prinsip belajar aktif
Dari indicator
belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran diatas, maka
prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa sebagai subjek, belajar
dengan melakukan, mengkomuniikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat
berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal
ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok, diskusi, presentasi,
Tanya-jawab. Sehingga terpaku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
Prinsip belajar
yang dikemukakan oleh Treffers (1991)
adalah memiliki indicator mechanistic (latihan, mengerjakan), Structuralistic
(terstruktur, sistematik, aksiomatik), Empiristik (pengalaman
induktif-deduktif) dan reqlistig-human activity (aktifitas kehidupan nyata).
Prinsip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan
keterlibatan intelektual-emosional, kontekstual-trealistik,
konstruktifis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.
Sedangkan Killen (1998) mengemukakan :”No
teaching strategis is likely to most effective”. Apa yang dikemukakan Killen
itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan
keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran yaitu:
ü Berorientasi pada tujuan
Dalam system
pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Dengan demikian segala
aktifitas guru dan siswa harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena itu
keberhasilan suatu strategi pembeljaran dapat ditentukan dari keberhasilan
siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dan tujuan pembelajaran dapat menentukan
suatu strategi yang harus digunakan guru.
ü Aktifitas
Belajar adalah
berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Oleh sebab itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa.
Aktifitas yang dimaksud tidak hanya terbatas pada aktifitas fisik tetapi yang
meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.
ü Individualitas
Mengajar adalah
usaha mengembangkan setiap individu siswa, walaupun mengajar pada sekelompok
siswa, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku
setiap siswa. Guru, dikatakan guru yang baik dan professional apabila ia
menangani 50 orang siswa dan seluruhnya berhasil mencapai tujuan. Sedangkan
guru yang tidak baik atau tidak berhasil apabila menangani 50 siswa, 49 siswa
tidak berhasil mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dilihat dari segi jumlah siswa
sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Semakin
tinggi standar keberhasilan ditentukan, semakin berkualitas pula proses
pembelajaran
ü Integritas
Mengajar harus di
pandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif tetapi yang meliputi pengembangan aspek
afektif dan aspek psikomotor. Oleh sebab itu strategi pembelajaran harus dapat
mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas.[3]
ü Stimulus belajar
Pesan yang diterima
siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus, stimulus
tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan
lain-lain. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau
pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa.
ü Perhatian dan motivasi
Perhatian dan
motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar-mengajar. Ada beberapa
cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara
mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan balajarnya, menggunakan
media dan alat Bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram
dan lain-lain.
ü Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau
respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian,
proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah,
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Semua bentuk respons yang
dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional sehingga
mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
ü Penguatan
Sumber penguat
belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Penguat belajar yang berasal dari luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa,
persetujuan pendapat siswa, sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi
apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan
sesuai dengan kebutuhannya.
ü Pemakaian dan pemindahan
Dalam hal
penyimpanan informasi yang terbatas ini penting sekali pengaturan dan
penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan
pengingat kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi
apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Belajar dengan memperluas
pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa
yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa pada masa mendatang[4]
Penerapan PBAS Dalam Proses Pembelajaran
. Dalam kegiatan
belajar mengajar penerapan PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk
kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun
laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang
secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi,
mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa
diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
Kadar pembelajaran
berorientasi aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik
semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental,
intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya
siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahui secara pasti. Tidak dapat
dipastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak
pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu
juga siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.
Salah satu hal yang
dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatau proses pembelajaran memliki
kadar PBAS yang tinggi, sedang, atau lemah. Dapat kita lihat dari criteria dan
penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan
sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan
pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat
dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.
Kelebihan dan kekurangan PBAS
Kalau dalam proses
belajar-mengajar itu kurang terjadi pada bidang keterampilanmaupun bidang sikap
dan nilai, yakni kualitas dan kuantitasnya akan sangat tergantung kepada
tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Dan hendaknya
guru dapat menyalurkan keaktifan dan kedinamisan peserta didik tersebut untuk
tujuan-tujuan pengajaran, karena itu guru harus mempunyai kemampuan
professional untuk menganalisis situasi pengajaran, lalu mampu merencanakan
system pengajaran yang efektif dan efisien, yang pada akhirnya juga mampu
mengaktualisasikan proses belajar mengajar yang telah dirancang tersebut.
C. Penutup
1)
Kesimpulan
ü Pembelajaran berorientasi pada aktifitas siswa artinya system
pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar
ü Penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk kegiatan seperti, diskusi, memproduksi sesuatu, menyusun
laporan, memecahkan masalah, dan lain-lain
ü Tujuan dari PBAS yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih
bermakna. Artinya, melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah
informasi, tapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya
ü Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran menurut Killen
yaitu: berorientasi pada tujuan, aktifitas, individualitas, integritas. Dan
menurut Raka Joni ada lima
prinsip yaitu : stimulus belajar, perhatian dan motifasi, respons yang
dipelajari, penguatan, pemakaian dan pemindahan
2)
Saran
Bagi pembaca
makalah ini kami mengharapkan agar penerapan proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dijalankan
dikelas dengan baik
Daftar Pustaka
Rusyan, Tabrani,
A. Drs, 1989, Pendekatan Dalam Proses
Belajar-Mengajar, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Nurdin,
Syafruddin. H. Dr, 2002, Guru Profesional
Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta :
Ciputat Pers
Sriyono, Drs, dkk,
1992, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA,
Jakarta :
Rineka Cipta
Sanjaya,
Wina.M.Pd.DR, 2008, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana
http://pkab.wordpress.com/category/contoh/pembelajaran
[1] Drs.Suyono.dkk, Teknik Belajar Mengajar CBSA, Rineka Cipta, Jakarta , 1992, hal. 2
[2] Drs. A. Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
Remaja Rosdakarya, Bndung, 1989, hal 141
[3] Wina Sanjaya, Stategi Pembalajaran Berorientasi Standart Proses
Pendidikan, 2008 h. 131
0 komentar:
Posting Komentar