Rabu, 16 Mei 2012

Logo-Logo BKPRMI








Selasa, 15 Mei 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA




Abstrak :
Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Kata kunci:
model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life skill, suasana belajar

A. Pendahuluan
  1. Rasional
            Strategi adalah suatu cara dalam menyelesaikan atau melakukan sebuah tindakan. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
            Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, merupakan suatu fenomena, terlepas dari besar kecilnya kadar keaktifan siswa dalam belajar tersebut. Fenomena adanya cara belajar aktifitas secara factual, dapat meningkatkan kadar keaktifan siswa, merupakan suatu kenyataan yang baru muncul dalam belajar mengajar memerlukan suatu penanganan khusus, terutama terhadap sifat konservatif para guru pada umumnya.
            Strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa merupakan salah satu upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia. Adanya pembaharuan pendidikan, didorong oleh berbagai masalah kependidikan secara nasional, antara lain :
*      Masalah pemerataan pendidikan
*      Masalah relevansi pendidikan dengan tuntutan masyarakat
*      Masalah kualitas/mutu pendidikan
*      Masalah efisiensi pendidikan.
            Keempat masalah itu, masing-masing tidak berdiri sendiri melainkan berkaitan satu sama lain.[1]
            Dalam makalah ini akan dibahas tentang strategi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa (PBAS), dalam standar proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk membelajarkan siswa. Artinya, system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar disebut dengan berorientasi pada aktifitas siswa.

            Dalam kegiatan belajar mengajar penerapan PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
            Untuk meningkatkan hasil peserta didik, disamping memberikan proses belajar ke dalam suasana belajar yang lebih menggairahkan, mutlak diperlukan penerapan PBAS. Dan untuk menggerakkan peserta didik agar aktif belajar, diperlukan pelibatan secara terpadu, berkesinambungan sebagai berikut [2] :
*      Mengarah kepada jenis interaksi belajar mengajar yang optimal
*      Menuntut berbagai jenis aktifitas peserta didik
*      Strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
*      Menggunakan multimetode
*      Menggunakan multimedia secara bervariasi
*      Mengarah kepada multisumber belajar
*      Menurut perubahan kebiasaan cara mengajar guru.
           
            Kadar pembelajaran berorientasi aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahui secara pasti. Tidak dapat dipastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu juga siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.

  1. Tujuan PBAS
            Dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktifitas siswa secara optimal, artinya PBAS menghendaki keseimbangan antara aktifitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktifitas intelektual. Kadar PBAS tidak hanya bisa dilihat dari aktifitas fisik saja akan tetapi juga aktifitas mental dan intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya mendengarkan saja, tidak berarti memiliki kadar PBAS yang rendah dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Karena mungkin saja yang duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam pikirannya, dan menginternalisasi nilai dari setiap informasi yang disampaikan. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tak bias dikatakan memiliki kadar PBAS yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat, tidak diikuti oleh aktifitas mental dan emosi.
            Dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Artinya, dalam PBAS pembentukan siswa utuh merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. PBAS tidak menghendaki pembentukan siswa yang secara intelektual cerdas tanpa diimbangi oleh sikap dan keterampilan. Akan tetapi, PBAS bertujuan membentuk siswa yang cerdas sekaligus siswa yang memiliki sikap positif dan secara motoril terampil, misalnya kemampuan menggeneralisasi, kemampuan mengamati, kemampuan mencari data, kemampuan untuk menemukan, mengalisi, mengkomunikasikan hasil penemuan, dan sebagainya. Aspek-aspek semacam inilah yang diharapkan dapat dihasilkan dari pendidikan PBAS.
            PBAS sebagai salah satu bentuk inovasi dalam memperbaiki kualitas proses belajar mengajar bertujuan untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Dengan kemampuan itu diharapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dicita-citakan. Secara khusus PBAS bertujuan, pertama, meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya, melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Kedua, mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Artinya, melalui PBAS diharapkan tidak hanya kemampuan intelektual saja yang berkembang, tetapi juga seluruh pribadi siswa termasuk sikap dan mental.

  1. Manfaat PBAS
            Manfaat dari PBAS adalah untuk merangsang aktifitas belajar peserta didik, di mana hasil belajar peserta didik pada umumnya hanya sampai tingkat penguasaan, para siswa belajar dengan teknik menghapal apa yang dicatat dari penjelasan guru atau dari buku-buku, sumber belajar juga pada umumnya terbatas pada guru, dan selain itu, guru dalam belajar kurang merangsang aktifitas belajar peserta didik secara optimal, dan tidak jarang dijumpai penguasan dan keterampilan yang kurang kondisi belajar mengajar yang diciptakan dan disediakan oleh guru untuk peserta didik kurang menunjang. Dan peserta didik sendiri tenggelam di dalam lingkungan belajar yang kurang merangsang aktifitas belajar yang optimal. Maka PBAS lahir untuk merangsang aktifitas belajar siswa. Selain itu dalam PBAS proses pembelajaran melibatkan mental peserta didik, maka dengan PBAS dapat menambah tinggi bobot aktifitas mental dalam belajar.

B. Pembahasan
*      Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (SPBAS)
            Sebelum membahas tentang Strategi Pembelajaran Berorientasi Siswa Aktif ini, ada baiknya kita memahami pengertian strategi, metode dan pendekatan pada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu kita cermati. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
            Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, inilah yang dinamakan dengan metode. Berarti metode merupakan perealisasian strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi saru strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, dalam melaksanakan strategi PBAS bisa digunakan metode diskusi dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi memunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi.
            Istilah lain yang juga memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan. Pendekatan berbeda dengan strategi dan metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung dari pendekatan tertentu.
            Nah, apakah Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (SPBAS) itu? Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa merupakan system pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Artinya pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Siswa tidak dianggap sebagai organisme yang pasif. Akan tetapi, siswa merupakan organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Mereka adalah individu yang memiliki potensi. Dalam pelaksanaannya, strategi ini menerapkan pembelajaran dimana siswa aktif dalam setiap proses pembelajaran baik itu dalam mencari informasi serta menjadi sumber belajar. Keaktivan disini dinilai tidak hanya  kektivan secara fisik. Akan tetapi, keaktivan pengetahuan dan berfikirnya juga dikembangkan.
            Ada beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar dalam mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, kedewasaan sosial, maupun kedewasaan moral. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, akan tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Kedua, siswa sebagai subjek pendidikan yaitu siswa merupakan manusia yang sedang dalam tahap perkembangan, memiliki kemampuan yang berbeda, insane yang akktif, kretaif dan dinamis dalam menghadapi kebutuhannya. Ketiga,asumsi tentang guru yaitu guru sebagai penanggung jawab atas tercapainya hasil belajar pesrta didik, memiliki kemampuan professional dalam mengajar, memiliki peran sebagai sumber belajar. Keempat, asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran adalah bahwa proses pengajaran direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem, peristiwa belajar yang diatur oleh guru, menggunakan metode dan teknik yang berdaya guna dan proses pengajaran adalah kegiatan belajar siswa secara optimal.

*      Prinsip-Prinsip belajar aktif
            Ada 2 jenis yaitu belajar secara aktif dan secara reaktif (pasip). Belajar secara aktif indikatornya adalah belajar pada setiap situasi, menggunakan kesempatan untuk meraih manfaat, berupaya terlaksana, dan partisipasi dalam setiap kegiatan. Sedangkan belajar reaktif indikatornya adalah tidak dapat melihat adanya kesempatan balajar, mengabaikan kesempatan, membiarkan segalanya terjadi, menghidar dari kegiatan.
            Dari indicator belajar aktif, sesuai dengan pengertian kegiatan pembelajaran diatas, maka prinsip belajar yang harus diterapkan adalah siswa sebagai subjek, belajar dengan melakukan, mengkomuniikasikan sehingga kecerdasan emosionalnya dapat berkembang, seperti kemampuan sosialisasi, empati dan pengendalian diri. Hal ini bisa terlatih melalui kerja individual-kelompok, diskusi, presentasi, Tanya-jawab. Sehingga terpaku rasa tanggung jawab dan disiplin diri.
            Prinsip belajar yang dikemukakan oleh Treffers (1991) adalah memiliki indicator mechanistic (latihan, mengerjakan), Structuralistic (terstruktur, sistematik, aksiomatik), Empiristik (pengalaman induktif-deduktif) dan reqlistig-human activity (aktifitas kehidupan nyata). Prinsip tersebut akan terwujud dengan melaksanakan pembelajaran dengan memperhatikan keterlibatan intelektual-emosional, kontekstual-trealistik, konstruktifis-inkuiri, melakukan-mengkomunikasikan, dan inklusif life skill.
            Sedangkan Killen (1998) mengemukakan :”No teaching strategis is likely to most effective”. Apa yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran yaitu:
ü  Berorientasi pada tujuan
            Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Dengan demikian segala aktifitas guru dan siswa harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena itu keberhasilan suatu strategi pembeljaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dan tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru.
ü  Aktifitas
            Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa. Aktifitas yang dimaksud tidak hanya terbatas pada aktifitas fisik tetapi yang meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.
ü  Individualitas
            Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa, walaupun mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Guru, dikatakan guru yang baik dan professional apabila ia menangani 50 orang siswa dan seluruhnya berhasil mencapai tujuan. Sedangkan guru yang tidak baik atau tidak berhasil apabila menangani 50 siswa, 49 siswa tidak berhasil mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dilihat dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, semakin berkualitas pula proses pembelajaran
ü  Integritas
            Mengajar harus di pandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif tetapi yang meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. Oleh sebab itu strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegritas.[3]
ü  Stimulus belajar
            Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus, stimulus tersebut dapat berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa.
ü  Perhatian dan motivasi
            Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar-mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan balajarnya, menggunakan media dan alat Bantu yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan lain-lain.

ü  Respons yang dipelajari
            Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Semua bentuk respons yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah perilakunya seperti tersirat dalam rumusan tujuan instruksional
ü  Penguatan
            Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
ü  Pemakaian dan pemindahan
            Dalam hal penyimpanan informasi yang terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan pengingat kembali informasi yang telah diperoleh tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa pada masa mendatang[4]

*      Penerapan PBAS Dalam Proses Pembelajaran
.           Dalam kegiatan belajar mengajar penerapan PBAS dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa itu ada yang secara langsung dapat diamati, seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan data dan lain sebagainya. Akan tetapi ada juga yang tidak bisa diamati, seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak.
            Kadar pembelajaran berorientasi aktifitas siswa tidak hanya ditentukan oleh aktifitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh aktifitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Oleh sebab itu, sebetulnya aktif dan tidak aktifnya siswa dalam belajar hanya siswa yang mengetahui secara pasti. Tidak dapat dipastikan bahwa siswa yang diam mendengarkan penjelasan bukan berarti tidak pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, demikian sebaliknya, dan belum tentu juga siswa yang secara fisik aktif memiliki kadar aktifitas yang tinggi pula.
            Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah suatau proses pembelajaran memliki kadar PBAS yang tinggi, sedang, atau lemah. Dapat kita lihat dari criteria dan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran maupun dalam mengevaluasi  hasil pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar PBAS semakin tinggi.

*      Kelebihan dan kekurangan PBAS
            Gaya mengajar yang menempatkan peserta didik sebagai titik pusat kegiatan belajar-mengajar akan dapat menghasilkan suatu proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Maka system pengajaran yang dikehendaki ialah system instruksional yang memberikan peranan dan partisipasi aktif kepada peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar yang dapat direncanakan, sehingga prinsip-prinsip PBAS dapat diterapkan dalam berbagai strategi belajar-mengajar. Selain itu, proses belajar mengajar dapat terjadi proses asimilasi dan akomodasi dalam pencapaian pengetahuan, proses perbuatan serta pengalaman langsung terhadap umpan balik dalam pembentukan keterampilan, proses penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam rangka pembentukan nilai dan sikap.
            Kalau dalam proses belajar-mengajar itu kurang terjadi pada bidang keterampilanmaupun bidang sikap dan nilai, yakni kualitas dan kuantitasnya akan sangat tergantung kepada tingkat keterlibatan peserta didik dalam proses belajar-mengajar. Dan hendaknya guru dapat menyalurkan keaktifan dan kedinamisan peserta didik tersebut untuk tujuan-tujuan pengajaran, karena itu guru harus mempunyai kemampuan professional untuk menganalisis situasi pengajaran, lalu mampu merencanakan system pengajaran yang efektif dan efisien, yang pada akhirnya juga mampu mengaktualisasikan proses belajar mengajar yang telah dirancang tersebut.

C. Penutup
1)      Kesimpulan
ü  Pembelajaran berorientasi pada aktifitas siswa artinya system pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar
ü  Penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti, diskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain-lain
ü  Tujuan dari PBAS yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Artinya, melalui PBAS siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi, tapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya
ü  Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran menurut Killen yaitu: berorientasi pada tujuan, aktifitas, individualitas, integritas. Dan menurut Raka Joni ada lima prinsip yaitu : stimulus belajar, perhatian dan motifasi, respons yang dipelajari, penguatan, pemakaian dan pemindahan

2)      Saran
            Bagi pembaca makalah ini kami mengharapkan agar penerapan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dijalankan dikelas dengan baik  


Daftar Pustaka

Rusyan, Tabrani, A. Drs, 1989, Pendekatan Dalam Proses Belajar-Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nurdin, Syafruddin. H. Dr, 2002, Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Pers

Sriyono, Drs, dkk, 1992, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta : Rineka Cipta

Sanjaya, Wina.M.Pd.DR, 2008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana

http://pkab.wordpress.com/category/contoh/pembelajaran


[1] Drs.Suyono.dkk, Teknik Belajar Mengajar CBSA, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, hal. 2
[2] Drs. A. Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bndung, 1989, hal 141
[3] Wina Sanjaya, Stategi Pembalajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan, 2008 h. 131
[4] Sriyono, dkk hal : 15

Oleh Anggi Wardiansyah, S.Pd.I

Mengapa Semut tidak Dimangsa Si Kantong Semar?




Di dalam kantung tumbuhan “kantong-semar“ Nepenthes bicalcarata yang hidup di sebelah India Timur, hiduplah koloni semut. Tumbuhan ini bentuknya seperti teko dan memangsa serangga yang menghinggapinya. Meskipun demikian, semut bebas bergerak dan mengambil sisa-sisa serangga dan bahan makanan lainnya dari tumbuhan ini.

Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak, semut dan tumbuhan. Meski semut mungkin saja dimakan Nepenthes, mereka dapat membangun sarang pada tumbuhan ini. Sang tumbuhan juga menyisakan jaringan tertentu dan sisa-sisa serangga untuk semut. Dan sebagai balasannya, semut melindungi tumbuhan dari musuhnya.

Begitulah contoh hubungan kehidupan antara tumbuhan dan semut. Bentuk anatomi dan fisiologi semut dan tumbuhan inangnya telah dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan hubungan timbal balik antara keduanya. Meskipun para pembela teori evolusi menyatakan bahwa hubungan antarjenis makhluk hidup ini berkembang secara berangsur-angsur selama jutaan tahun, tetapi tentu saja pernyataan yang mengatakan bahwa dua makhluk yang tidak memiliki kecerdasan ini dapat sepakat merencanakan suatu sistem yang menguntungkan kedua belah pihak tidaklah masuk akal. Lalu, apa yang menyebabkan semut hidup pada tumbuhan?

Semut cenderung tinggal pada tumbuhan karena adanya cairan bernama "nektar tersisa" yang dikeluarkan tumbuhan. Cairan nektar ini merupakan daya tarik bagi semut untuk mendatangi tumbuhan. Banyak spesies tumbuhan yang terbukti mengeluarkan cairan ini pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pohon ceri hitam menghasilkan cairan ini hanya tiga minggu dalam setahun. Tentu pengeluaran cairan pada waktu ini bukan kebetulan karena waktu tiga minggu ini bertepatan dengan satu-satunya waktu sejenis ulat menyerang pohon ceri hitam. Semut yang tertarik pada nektar dapat membunuh ulat ini serta melindungi tumbuhan.

Hanya dengan menggunakan akal sehat, kita dapat melihat bahwa hal ini adalah bukti hasil penciptaan. Akal sehat tidak mungkin bisa menerima bahwa pohon ini dapat memperhitungkan kapan bahaya akan menyerang lalu memutuskan bahwa cara terbaik untuk melindungi dirinya adalah dengan cara menarik perhatian semut serta mengubah struktur kimianya. Pohon ceri tidak punya otak. Oleh karena itu, ia tidak dapat berpikir, memperhitungkan, maupun mengubah campuran kimianya. Bila kita menganggap bahwa cara cerdas ini adalah sifat yang diperoleh dari suatu kebetulan, yaitu dasar berpikir evolusi, tentu ini tidaklah masuk akal. Jelas sekali bahwa pohon ini telah melakukan sesuatu yang didasarkan pada kecerdasan dan ilmu pengetahuan.


Oleh karena itu, satu-satunya kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa sifat tumbuhan ini telah terbentuk karena adanya sebuah Kehendak yang telah menciptakannya. Bila kita merujuk pada segala bentuk pengaturan yang dibuat-Nya, jelas sekali bahwa Dia tidak hanya berkuasa atas pohon, tetapi juga atas semut dan ulat. Jika penelitian dilakukan lebih jauh lagi, tentunya dapat diketahui bahwa Dia berkuasa atas semesta alam dan telah mengatur setiap bagian alam secara terpisah namun serasi dan selaras, sehingga membentuk sebuah rangkaian sempurna yang kita kenal sebagai "keseimbangan ekologi". Bila kita berpikir lebih jauh dan meneliti bidang-bidang lain, seperti geologi dan astronomi, kita akan sampai pada gambaran yang serupa. Ke mana pun kita melangkah, kita akan menyaksikan berjuta sistem yang berfungsi dengan selaras dan teratur sempurna. Semua sistem ini menunjukkan keberadaan Sang Pengatur. Meskipun demikian, tidak satu pun unsur pembentuk alam ini yang mampu berfungsi sebagai Sang Pengatur itu. Oleh karena itu sang pengatur haruslah Dia Yang Maha Tahu dan Mahakuasa atas alam semesta. Al Quran menggambarkan Sang Penguasa sebagai berikut:

"Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(QS. Al-Hasyr, 59:24)


info@harunyahya.com

Minggu, 13 Mei 2012

Kesombongan Pendo'a




Sebuah kapal karam karena diterjang badai hebat. Hanya dua lelaki yang bisa menyelamatkan diri dan berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali berdoa. unutk mengetahui doa siapa yang paling dikabulkan, mereka sepakat membagi pulau kecil itu menjadi dua dan mereka tinggal bersebrangan.

Sebagai doa pertama, mereka memohon makanan. Esok harinya , lelaki pertama melihat sebuah pohon yang penuh dengan buah-buahan tumbuh disisi tempat tinggalnya. Sementara ditempat tinggal lelaki lainya saja kosong.

Seminggu kemudian, lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan untuk berdoa agar diberi istri. Keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang kini terdampar disisi pulau tempat lelaki pertama tinggal. Sementara itu, tetap saja tidak terjadi apapun disisi tempat tinggal lelaki kedua.
Segera setelah itu, lelaki pertama berdoa memohon rumah, pakaian, dan makanan. Keesokan harinya seperti sebuah keajaiban, semua yang diminta tersedia untuknya. Sementara lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa. Akhirnya, lelaki pertama berdoa meminta kapal agar ia dan istrinya bisa meninggalkan pulau itu. Pada pagi hari berikutnya mereka menemukan kapal tertambat disisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan istrinya naik keatas kapal dan bersiap-siap untuk berlayar meninggalkan pulau itu. ia memutuskan untuk meniggalkan lelaki kedua yang tinggal disisi lain dari pulau itu. menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima berkat karena doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Begitu kapal siap-siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, “Hai, mengapa engkau meninggalkan rekanmu yang ada disisi lain pulau ini?”

“Berkatku hanyalah milikku sendiri karena hanya doakulah yang dikabulkan,” jawab lelaki pertama. “Doa temanku itu tak satupun dikabulkan, ia tak pantas mendapatkan apa-apa.”

“Kau salah!” suara itu membahana. “Tahukah kamu bahwa teman kamu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Jika tidak, maka kau takan mendapatkan apa-apa.”

Lelaki pertama itu bertanya, “Doa macam apa yang ia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?” “Ia berdoa agar semua doamu dikabulkan.”

Renungan

Kesombongan seperti apa yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain?

Banyak orang telah mengorbankan segala sesuatu demi keberhasilan kita. Kita tidak pernah bisa sukses tanpa campur tangan orang lain. Sekecil apapun itu ketika berhasil meraih prestsi kerja yang gemilang, apakah kita yakin kalau prestasi itu murni hasil kerja keras kita? Pasti ada orang lain yang mendukung keberhasilan itu, entah rekan kerja yang bersedia membantu, satpam yang menjaga hingga larut malam, ataupun mbak didapur yang menyiapkan secangkir teh panas dan semangkuk mie.

Tak selayaknya kita mengabaikan peran orang lain, dan janganlah menilai sesuatu hanya dari “yang terlihat” saja. 

MANAGEMEN DALAM ISLAM


            Organisasi diperlukan karena manusia terbatas kemampuan dan pengetahuannya. Menurut sejarah manajemen, pertumbuhannya bersamaan dengan perkembangan agama-agama besar di dunia sebagai contoh praktek manajemen semasa Nabi Muhammad saw beserta rombongannya setelah selesai melakukan hijrah dari Mekah ke Yatsrib. Di madinah beliau menyusun berbagai keputusan untuk membangun masyarakat yang dilandasi oleh putusan untuk membangun masyarakat yang dilandasi oleh prinsip-prinsip keimanan, persamaan hak dan kewajiban, melalui musyawarah untuk menciptakan kerjasama gotong royong membangun negara, berjuang, berkarya, berinovasi, berkoordinasi antara pendatang dan pribumi, yang terkenal dengan sebutan kaum muhajirin dan kaum anshor. Berlomba dalam kebajikan, sehingga terbentuk suatu negara yang dewasa ini terkenal sebagai negara madani.
            Model manajemen Nabi Muhammad saw merupakan manajemen tingkat tinggi yang dikembangkan oleh berbagai negara di dunia terutama negara islam.proses manajemen Nabi Muhammad dipadati oleh berbagai perencanan untuk merealisasikan berbagai keputusan yang berhubungan dengan upaya mempersatukan berbagi komponen bangsa.

MUWAHID

Diberdayakan oleh Blogger.